Rabu, 04 Januari 2012

TAUBAT: Pintu Pertama Menuju Jalan Spiritualitas



TAUBAT: Pintu Pertama
Menuju Jalan Spiritualitas

MUKADDIMAH
Manusia dalam pergaulan hidupnya sehari-hari, baik ketika melakukan kegiatan ibadah dalam rangka hubungan vertikal dengan Allah, maupun ketika melakukan berbagai aktivitas dalam rangka hubungan horisontal dengan sesama manusia, seringkali melakukan kesalahan, kekeliruan, kelalaian, dan bahkan perbuatan dosa serta kemaksiatan. Kesalahan, kekeliruan, dan semacamnya itu boleh jadi dilakukan dengan sengaja dan boleh jadi juga tanpa sengaja. Kesalahan, kekeliruan, dan perbuatan dosa, tidak boleh dibiarkan berjalan dan berlangsung terus. Jika hal-hal demikian dibiarkan berlangsung terus akan dapat membuat seseorang bertambah jauh menyimpang dari jalan yang bernar, yaitu jalan Allah swt. Untuk menghindari terjadinya penyimpangan yang lebih jauh dan lebih besar, dan untuk dapat kembali ke jalan yang benar dan sesuai dengan tuntunan Allah swt., seseorang harus melakukan taubat kepada Allah.

DEFINISI TAUBAT

Dilihat dari akar katanya, kata “taubat” berasal dari bahasa Arab, yailtu “at-taubat”, yang merupakan kata turunan dari kata kerja “t±ba yat­bu” yang berarti rujuk atau kembali. Bertaubat berarti rujuk dan kembali ke tampat asal. Seseorang yang telah berataubat berarti telah kembali ke tampat yang sebenarnya.
Dalam berbagai referensi keagamaan, bertaubat diartikan sebagai upaya seseorang untuk kembali dari kemaksiatan menuju kepada ketaatan atau kembali dari jalan sesat menuju ke jalan yang benar, atau kembali dari jalan yang jauh dari Allah ke jalan yang lebih dekat dengan jalan Allah swt. Bertaubat tidak hanya berarti upaya untuk membersihkan diri dan hati dari segala perbuatan dosa yang telah dilakukan, tetapi juga berarti sarana dan upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Oleh karena itu, sekalipun tidak berdosa, manusia tetap dipertintahkan oleh Allah untuk bertaubat. Ini berarti bahwa bertaubat adalah wajib bagi setiap mukmin.

PERINTAH BERTAUBAT

Kewajiban bertaubat di dalam al-Qur’an, dinyatakan oleh Allah swt. dalam berbagai konteks ayat yang memerintahkan orang-orang beriman untuk bertaubat. Di antara ayat-ayat itu adalah:

وتوبوا إلى الله جميعا أيها المؤمنون لعلكم تفلحون (النور:{24}: 31)

Bertaubatlah kalian semuanya kepada Allah, wahai orang-orang beriman, semoga engkau mendapat kemenangan”

                Perintah  yang sama juga dinyatakan oleh Allah dalam surat at-Tahrim (66): 8, yang berbunyi:

ياأيها الذين آمنوا توبوا إلى الله توبة نصوحا


“Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kamu keppada Allah dengan taubat yang ikhlas”

            Dalam kedua konteks ayat di atas, Allah memerintahkan orang-orang mukmin untuk bertaubat dan kembali ke jalan-Nya. Perintah itu jelas menunjukkan adanya kewajiban bagi setiap mukmin -tanpa kecuali- untuk bertaubat. Bahkan dalam hadis Rasulullah saw., terdapat beberapa teks hadis yang menggambarkan kehebatan orang-orang yang bertaubat. Di antara hadis itu ialah:

كل بني آدم خطاء وخير خطائين التوابون


Saetiap anak Adam itu bersalah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah mereka yang bertaubat”.
               

التائب حبيب الله والتائب من الذنب كمن لا ذنب له


“Orang yang bertaubat iltu adalah kekasih Allah dan yang telah kembali dari perbuatan dosa dan kesalahan itu, bagaikan orang yang tidak pernah berdosa”.

                Hadis pertama menggambarkan bahwa setiap manusia tidak dapat dan bahkan tidak mungkin luput dari kesalahan dan kekeliruan. Manusia seringkali melakukan kesalahan dan kekeliruan, baik dengan sengaja maupun tanpa sengaja. Lebih daripada itu, hadis tersebut menggambarkan betapa terpujinya seseorang yang telah melakukan kesalahan, perbuatan dosa, dan kemaksiatan, kemudian melakukan taubat dari kesalahan-kesalahannya itu. Hadis kedua menggambarkan bahwa orang-orang yang bertaubat itu adalah kekasih Allah (orang-orang yang disayangi dan disukai Allah) dan orang-orang yang pernah melakukan kesalahan, apabila telah melakukan taubat bagaikan orang-orang yang tidak mempunyai kesalahan dan dosa sama sekali.

KEDUDUKAN  DAN TINGKATAN TAUBAT
                Taubat di kalangan ulama tasawuf di pandang sebagai pintu pertama menuju jalan spirititual, karena ia merupakan titik awal untuk mencapai tingkat-tingkat spiritualitas yang lebih tinggi. Untuk itu, taubat menjadi sangat penting kedudukannya dalam rangka lebih mendekatkan diri kepada Allah swt. Taubat tidak hanya merupakan perwujudan dari rasa bersalah dan berdosa, tapi juga merupakan perwujudan dari keinginan untuk tetap menjaga diri dari kesalahan dan perbuatan dosa yang mungkin dilakukan. Ini berarti bahwa bertaubat tidak hanya bertujuan meninggalkan perbuatan dosa, tetapi juga menjaga keutuhan jiwa agar tetap bersih dan berada pada jalan yang benar.

Imam al-Ghazali membagi taubat kepada 3 macam: 1) Taubat, yakni kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan, 2) firar, lari dari kemaksiatan kepada ketaatan, 3) inabah, bertaubat berulangkali sekalipun tidak berdosa.  Sedangkan Imam Ibn al-Qayyim al-Jauzi membagi taubat sesuai dengan tingkatan dosa dan kesalahan yang dilakukan seseorang, kepada 6 macam, 1) taubat karena kekafiran menuju keimanan, 2) taubat karena berbuat maksiat menuju kepada perbuatan taat, 3) tobat dari perbuatan dosa besar, 4) taubat dari dosa-dosa kecil, 5) taubat karena melalaikan ketaatan kepada Alah, 6) taubat karena tidak peduli terhadap amal-amal utama.
Imam al-Qusyairi menyatakan bahwa taubat akan menghapuskan dosa bila terpenuhi tiga syarat; 1) menyesali perbuatan maksiat/dosa, 2) meninggalkan perbuatan maksiyat itu, 3) bertekad untuk tidak mengulangi lagi dosa itu.
Rasulullah adalah orang yang ma’shum (terlepas dari dosa). Sebagai orang yang ma’shum, Rasulullah tetap dan senantiasa bertaubat, seperti dalam hadisnya:

ياأيها الناس توبوا إلى الله واستغفروه فإنى أتوب فى اليوم مائة مرة (رواه مسلم)

“Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah dan mintalah ampun kepada-Nya karena aku bertaubat dalam sehari sebanyak seratus kali”.

Allah     setiap saat membentangkan tangan-Nya utnuk menerima taubat siapa pun dan memberi ampunan kepada hamba-Nya yang telah melakukan perbuata dosa. Sifat Allah yang Maha Penerima Taubat diagambarkan oleh Rasul dalam hadis:

إن الله يبسط يده باليل ليتوب مسيئ النهار ويبسط يده بالنهار ليتوب مسيئ اليل حتى تطلع الشمس من مغربها (رواه مسلم)

“Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya pada malam hari untuk men erima taubat orang yang membuat kesalahan pada siang hari, dan membentangkan tangan-Nya pada siang hari untuk menerima taubat dari orang yang membuat kesalahan pada ma lam hari sehingga matahari terbit di ufuk barat”.

Taubat sangat berkait erat dengan istighfar sebagai upaya sungguh-sungguh yang dilakukan untuk menundukkan jiwa, hati, dan fikiran kepada Allah seraya memohon ampun dari segala dosa. Istighfar tidak hanya dalam bentuk ucapan tetapi juga dalam bentuk perbuatan, dengan meninggalkan segala dosa dan meningkatkan ketaatan kepadanya. Alah menyatakan janji-Nya melalui firman-firman-Nya untuk memberikan kenikmatan dan ketenangan bagi orang-orang yang bertaubat dan beristighfar. 

ربنا اغفر لنا ذنوبنا وكفر عنا سيئاتنا وتوفنا مع الأبرار

Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami, hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan, dan wafatkanlah kami bersama orang-orang yang berbakti”.

0 komentar:

Posting Komentar